6. identifikasi minyak dan lemak
LAPORAN
PRAKTIKUM BIOKIMIA
Disusun
oleh:
Nama : Haggai Nainggolan
NPM : E1G016052
Prodi : Teknologi Industri
Pertanian
Kelompok : Empat (4)
Hari/tanggal : Senin/ 5 November 2017
Dosen : Drs. Syafnil., M.Si
Dra. Devi Silsia., M.Si
Co-Ass : Elfredi Syahputra
Sembiring
Hayyuning Pratiwi
Objek
Praktikum : IDENTIFIKASI MINYAK
DAN LEMAK
LABORATORIUM
TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Salah
satu kelompok senyawa organic yang trdapat dalam tumbuhan, hewan atau manusia
dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia ialah lipid. Lipid didefinisikan
sebgai senyawa organic yang terdapat dalam alam serta tidak larut dalam air,
tetapi larut dalam pelarut nonpolar seperti suatu hidrokarbon atau dietil eter.
Berdasarkan sfat demikian, lipid dapat diperoleh dengan cara ekstraksi dari
jaringan hewan atau tumbuhan menggunakan eter atau pelarut non polar lainnya.
Berbagai ke;as lipid dihubungkan
satu sama lain berdasarkan kemiripan sifat fisisnya, tetapi bukan sifat kimia,
fungsional dan structural mereka, maupun fungsi-fungsi biologis mereka.
Berdasarkan komponen dasarnya, lipid terbagi dalam lipid sederhana
(simplelipid), lipid majemuk (compound lipid), dan lipid turunan (derived
lipid). Berdasarkan sumbernya, lipid dikelompokkan sebagai lemak hewan (animal
fat), lemak susu (milk fat), minyak ikan (fish oil), dan lain-lain. Kalsifikasi
lipid ke dalam lipid majemuk karena lipid tersebut mengandung asam lemak yang
dapat disabunkan, sedangkan lipid sederhana tidak mengandung asam lemak ddan
tidak dapat disabunkan.
Minyak dan lemak merupakan hal yang
kita kenal setiap hari. Lemak yang lazim meliputi mentega, lemak heewan dan
bagian berlemak dari daging. Minyak terutama berassal dari tumbuhan, termasuk
jagung biji kapas, zaitun, kacang dan biji kedelai, meskipun lemak berwujud
padat dan minyak berwujud cair, keduanya memiliki struktur dasar organic yang
sama.
Perbedaan antara suatu minyak dan
suatu lemak bersifat seberang: pada temperatur kamar lemak berbentuk padat dan
minyak berbentuk cair. Komponen minyak terdiri dari gliserida yang memiliki
asam lemak tak jenuh sedangkan komponen lemak lemak memiliki asam lemak jenuh.
Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupa lemak, sedangkan gliserida
pada tumbuhan cenderung berupa minyak; karena itu biasa terdengar unakapan lemak hewani (lemak sapi, lemak babi) dan minyak nabati (minyak jagung, minyak bunga matahari).
Secara kimia, lemak dan minyak
adalah trigliserida yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai
panjang. R adalah rantai hidrokarbon drengan jumlah atom C 3 sampai dengan 23,
tetapi yang paling sering dijumpai adalah 15 dan 17. Bila ketiga R-nya sama
maka trigliserida yang terbentuk disebut trigliserida sederhana, dan sebaliknya
bila tidak sama disebut trigliserida campuran.
Sifat fisikokimia lemak dan minyak
berbeda satu sama lain, tergantung pada sumbernya. Secara umum, bentuk trigliserida
lemak dan minyak sama, tetapi wujudnya berbeda. Trigliserida dapat berbentuk
padat atau cair tergantung pada asam lemak penyusunnya.
Lemak dan minyak dapat mengalami
ketengikan, karena dapat terhidrolisa dan teroksidasi. Pada proses hidrolisis lemak
atau minyak akana diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Lemak dan
minyak yang teroksidasi akan membentuk peroksidasi dan hidroperoksida yang
dapat terurai menjadi aldehid , keton dan asam lemak asam bebas.
Untuk mengetahui komposisi penyusun lipida
dapat dilakukan dengan pengujian sifat fisikokimianya. Pengujian sifat fisika
dan kimia lemak dan minyak juga dapat dipakai untuk keperluan identifikasi
jenis minyak dan penilaian mutu minyak. Pada umumnya pengujian sifat ini
meliputi sifat penyabunan, titik leleh, warna, kelarutandalam pelarut organik,
jumlah ikatan rangkap atau derajat kejenuhan, ketengikan, asam lemak bebas,
penentuan bilangan asam, bilangan iod dan bilangan peroksida. Pengujian ini
bersifat kuantitatif dan kualitatif.
1.2 Tujuan Percobaan
1.
menentukan kelarutan lipid pada pelarut tertentu.
2.
Menentukan sifat asam basa minyak.
3.
Mengidentifkasi sifat ketidakjenuhan minyak.
4.
mengidentifkasi terjadinya hidrolisis pada minyak (safonifikasi).
5.
Mengidentifikasi bentuk noda dan minyak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lemak
merupakan bahan padat pada suhu kamar, diantaranya disebabkan kandunganya yang
tinggi akan asam lemak jenuh yang secara kimia tidak mengandung ikatan rangkap,
sehingga mempunyai titik lebur yang lebih tinggi. Contoh asam lemak jenuh yang
banyak terdapat dialam adalah asam palmitat dan asam stearat. Minyak merupakan
bahan cair diantaranya disebabkan rendahnya kandungan asam lemak jenuh dan
tingginya kandungan asam lemak yang tidak jenuh, yang memiliki satu atau lebih
ikatan rangkap diantara atom-atom karbonnya, sehingga mempunyai titik lebur
yang rendah (Winarno,
2002).
Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserol,
kedua istilah ini berarti triester (dari) gliserol. Perbedaan antara suatu lemak
dan minyak bersifat sebarang: pada temperatur kamar lemak berbentuk padat dan
minyak bersifat cair. Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupa lemak,
sedangkan gliserida dalam tumbuhan cenderung berupa minyak (Fessenden, 1982).
Sifat fisik lemak yang penting
adalah warna, falvour, berat jenis, turbidy point. Sifat fisik ini penting
diketahui untuk mengetahui jenis minyak dan untuk mengetahui adanya pemalsuan
atau kerusakan pada minyak atau lemak. Warna minyak yang ada ditimbulkan oleh
pigmen atau komponen tertentu baik yang terdapat secara alamiah maupun sengaja
ditambahkan pada saat proses pembuatan minyak atau lemak. Warna kuning atau
orange timbul karena ada karoten yang larut dan warna hijau ditimbulkan karna
ada komponen klorofil. Warna minyak yang menyimpang disebabkan sifat fisik
lemak atau minyak ditentukan juga olehsusunan jenis asam lemakyang terdapat
pada minyak atau lemak. Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung
ikatan tunggal pada rantai hidrokarbonnya. Asam lemak jenuh mempunyai rantai
zig-zag yang dapat cocok satu sama lain, sehingga gaya tarik vanderwalls
tinggi, sehingga biasanya berwujud padat. Sedangkan asam lemak tak jenuh
merupakan asam lemak yang mengandung satu ikatan rangkap pada rantai
hidrokarbonnya . asam lemak dengan lebih dari satu ikatan dua tidak
lazim,terutama terdapat pada minyak nabati,minyak ini disebut poliunsaturat.
Trigliserida tak jenuh ganda (poliunsaturat) cenderung berbentuk minyak (Poedjiadi, 1994).
Senyawa
yang termasuk lipid ini dapat dibagi dalam beberapa golongan. Bloor membagi
lipid dalam tiga golongan besar yakni lipid
sederhana yaitu ester
asam lemak dengan berbagai alcohol, Lipid
gabungan yaitu ester
asam lemak yang mempunyai gugus tambahan, contohnya fosfolipid dan serebrosida, Derivate lipid yaitu senyawa yang dihasilkan
oleh proses hidrolisis lipid, contohnya asam lemak, gliserol dan sterol(Poedjiadi, 2009).
Lipid atau trigliserida merupakan bahan bakar utama hampir
semua organisme disamping karbohidrat. Trigliserida adalah triester yang
terbentuk dari gliserol dan asam-asam lemak. Asam-asam lemak jenuh ataupun
tidak jenuh yang dijumpai pada trigliserida, umumnya merupakan rantai tidak
bercabang dan jumlah atom karbonnya selalu genap. Ada dua macam trigliserida,
yaitu trigliserida sederhana dan trigliserida campuran. Trigliserida sederhana
mengandung asam-asam lemak yang sama sebagai penyusunnya, sedangkan
trigliserida campuran mengandung dua atau tiga jenis asam lemak yang berbeda(Muchtadi,
2010).
Senyawa yang termasuk lipid ini dapat dibagi dalam beberapa
golongan. Bloor membagi lipid dalam tiga golongan besar yakni lipid sederhana
yaitu ester asam lemak dengan berbagai alcohol, Lipid gabungan yaitu ester asam
lemak yang mempunyai gugus tambahan, contohnya fosfolipid dan serebrosida, Derivate lipid yaitu senyawa yang
dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid (Poedjiadi, 2009).
Triasilgliserol merupakan ester dari tiga asam lemak dan
sebuah molekul gliserol. Asam lemak yang ditemukan di makanan bervariasi
panjang rantainya, derajat ketidakjenuhannya dan posisinya pada molekul
gliserol. Akibatnya fraksi triasilgliserol sendiri mengandung campuran kompleks
dari berbagai jenis molekul yang berbeda. Masing-masing jenis lemak
mempunyai profil lemak yang berbeda yang menentukansifat fisikokimia dan
nutrisinya. Istilah lemak, minyak dan lipid sering digunakan secara berbeda
oleh ahli makanan. Umumnya yang dimaksud lemak adalah lipid yang padat,
sedangkan minyak adalah lipid yang cair pada suhu tertentu (Lechninger, 1982).
BAB III
METODOLOGI
3.1
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan
adalah: Bahan
yang digunakan adalah:
Tabung reaksi Minyak
kalapa
Penjepit tabung
reaksi Margarin
Rak tabung reaksi Minyak
kelapa tengik
Pipet ukur Alkohol
96%
Sikat tabung reaksi Kloroform
Kertas lakmus Eter
Alat pemanas Aquades
Pipet tetes Larutan
Na2CO3 0,5 %
NaOH
3.2
Prosedur Kerja
a.
Uji Kelarutan Minyak
1.
Menyiapkan 5
buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Berturut-turut
mengisi dengan aquadest, alkohol
96%, eter, kloroform, dan larutan Na2CO3 0,5% sebanyak
1ml.
2.
Menambahkan pada
setiap tabung 2 tetes minyak kelapa.
3.
Mengkocok sampai homogen, lalu membiarkan beberapa saat.
4.
Mengamati sifat
kelarutanya.
b.
Uji Keasaman Minyak
1.
Meneteskan
sedikit minyak kelapa sawit
pada porselin tetes.
2.
Menguji dengan
kertas lakmus.
3.
Mengamati
perubahan warna yang terjadi pada kertas lakmus.
4.
Mengulangi
percobaan pada minyak kelapa tengik.
c.
Uji Penyabunan
Minyak
1.
Memasukan 5 ml minyak ke dalam
erlemeyer.
2.
Menambahkan 1,5
gr NaOH dan 25 ml alcohol 96%.
3.
Memanaskan
sampai mendidih selama 15 menit.
4.
Untuk mengetahui
apakah reaksi penyabunan telah sempurna, mengambil 3 tetes larutan, kemudian melarutkan dalam air, bila larut
berarti reaksi telah sempurna.
5.
Menguapkan alkohol yang tersisa sampai habis.
6.
Mendinginkan,
lalu menambahkan
75 ml air dan memanaskan sampai semua sabun larut.
d.
Uji Noda Minyak
1.
Memasukan 2 ml campuran alkohol eter kedalam tabung reaksi
bersih dan menambahkan 2-3
tetes minyak kelapa. Mengkocok
dengan kuat sampai minyak larut.
2.
Meneteskan
campuran tersebut pada kertas saring dan kertas tulis, membiarkan pelarut menguap.
3.
Melihat noda
yang terbentuk.
4.
Menguci nodanya
dengan air.
5.
Mengeringkan
kembali kertas dan memperhatikan
kembali nodanya.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A.
Uji Kelarutan Minyak
|
Bahan
|
Tabung
1
|
Tabung
2
|
Tabung
3
|
Tabung
4
|
Tabung
5
|
|||||
|
Aquadest
|
1 ml
|
|||||||||
|
Alcohol
96%
|
1 ml
|
|||||||||
|
Eter
|
1 ml
|
|||||||||
|
Kloroform
|
1 ml
|
|||||||||
|
Larutan
iodium
|
1 ml
|
|||||||||
|
Minyak
kelapa sawit
|
2 tetes
|
2 tetes
|
2 tetes
|
2 tetes
|
2 tetes
|
|||||
|
Kocok tabung sampai homogen,
biarkan beberapa saat
|
||||||||||
|
Hasil
:
|
Tidak larut
|
Tidak larut
|
Tidak larut
|
Larut
|
Tidak larut
|
|||||
B. Uji Keasaman Minyak
|
NO
|
Zat Uji
|
Sifat asam/basa
|
|||
|
1
|
Minyak kelapa
sawit
|
Asam
|
|||
|
2
|
Minyak tengik
|
Asam
|
|||
C. Uji
Penyabunan Minyak
Setelah dicampurkan 5 ml 1,5 dan alkohol 96 %, kemudian
dipanaskan , bahan-bahan tersebut larut dan mengalami perubahan warna seperti
warna minyak goreng, kemudian 3 tetes larutan tersebut dilarutkan ke dalam air
dan menghasilkan busa sabun.
D. Uji Noda yaitu meneteskan alkohol eter ke kertas saring
hasilnya yaitu transparan dan terbentuk noda minyak namun pada saat dicuci
dengan air, noda menghilang. Pada saat diuji dengan kertas biasa juga dibentuk
noda, namun setelah disisram dengan air noda tersebut masih terbentuk.
BAB
V
PEMBAHASAN
Uji
Kelarutan Minyak dimana praktikan memasukkan berturut-turut aquades, alkohol
96%, eter, kloroform dan larutan Na2CO3 0,5% sebanyak 1
ml kedalam 5 (lima) tabung rekasi dan penambahan 2 tetes objek bahan yang
kemudian praktikan mencampur dengan baik supaya larutan homogen. Percobaan ini
dilakukan dengan menggunakan objek bahan yaitu pada minyak kelapa sawit hasil
pengamatan yang didapat bahwa pada aquadest, eter,
kloroform dan alkohol
96% bahan tidak larut,sedankan
pada minyak kelapa sawit dapat larut. Literatur membenarkan bahwa umumnya zat yang polar dapat
larut dalam pelarut yang bersifat polar, namun tidak dapat larut dalam pelarut
nonpolar. Begitu juga sebaliknya. Hal ini dikarenakan adanya momen dipol pada
zat atau pelarut sehingga dapat berikatan dan berinteraksi dengan sesamanya.
Sedangkan pada pelarut
nonpolar tidak memiliki momen dipol, sehingga tidak bisa berinteraksi dengan
zat yang polar, jadi tidak dapat larut (Yasid,
2006).
Pada percobaan kedua yaitu uji keasaman minyak dimana
praktikan meneteskan kedua
bahan tersebut pada
porselin tetes yang kemudian diuji dengan alat pengukuran pH maka pH yang
didapat pada kedua
bahan tersebut bersifat
asam, dibuktikan
dengan berubahnya warna kertas lakmus merah menjadi biru.
Pada uji penyabunan setelah minyak sawit dicampurkan 5 ml 1,5 gram NaOH dan alkohol 96
%, kemudian dipanaskan selama 15 menit , setelah dipanaskan bahan-bahan
tersebut larut dan mengalami perubahan warna menjadi seperti kuning warna
minyak goreng, kemudian 3 tetes larutan tersebut dilarutkan ke dalam air dan
menghasilkan busa sabun. Ini terjadi karena pada minyak tersebut mengandung
asam lemak yang dapta disabunkan.
Pada uji noda, saat diuji dengan
kertas saring yaitu dengan meneteskan alkohol eter ke kertas saring hasilnya
yaitu transparan dan terbentuk noda minyak namun pada saat dicuci dengan air,
noda menghilang. Pada saat diuji dengan kertas biasa juga dibentuk noda, namun
setelah disiram dengan air noda tersebut masih terbentuk. Ini disebabkan karena minyak tersebut dapat
terhidrolisa dan teroksidasi.
BAB
VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang
termasuk pada golongan lipid yaitu senyawa organic yang terdapat di alam, serta
tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut nonpolar.
2.
Asam dan minyak tersebut bersifat asam.
3.
Minyak tersebut termasuk ke dalamminyak tidak jenuh.
4.
Minyak tersebut terjadi hidrolisis dibuktikan dengan terjadinya reaksi
penyabunan.
6.2 saran
Dalam pelaksanaan praktikum jumlah
alat diusahakan sesuai dengan jumlah kelompok praktikan agar tidak terjadi
pergantian alat dengan kelompok praktikan lainnya untuk hasil yang lebih
detail, tepat dan akurat.
DAFTAR
PUSTAKA
Fessenden & fessenden edisi ke-3. 1982. Kimia Organik Jilid II: Lipid dan Produk
Alam yang berhubungan (hal 407). Penerbit Erlangga. Jakarta.
Lechninger, A.L. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Mathens, C. K,et. 2000. Biochemistry. third edition. Addison-Wesley Publishing Company. San
Fransisco.
Poedjiadi,
Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia: Lipid (hal 51). Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Comments
Post a Comment